Sejarah Islam yg Objektif adalah sejarah yg sesuai Prinsip AlQuran yakni ”
Total laku perbuatan manusia yg terus-menerus & sambung-menyambung
diatas Prinsip yg sama (pilihan NUR msR & atau zdulumat mssy) oleh pelaku / muka yg berlain-lainan dalam waktu yg
berbeda-beda dimuka bumi hingga mencapai kesudahan terakhir.(Anbiya': 104),
rangkaikan dgn Kahfi : 87& 95,Baqarah 19, 20, Attakwir : 1, Syu’ra :
13, A’la:18 &19;dst, dst, ..
Sejarah Islam di indonesia tentu sangat berkaitan dengan sejarah Islam
di dunia yang diajarkan oleh Rasulullah & sebagaimana di AlQuran. Dan
sorotan utama disini adalah, sepeninggal Nabi Muhammad & para
KhulafaurRaasyidin terlebih khusus Umar bin Khattab r.a., sampai dengan
awal abad ke 21 ini sudah bagaikan “Satu siklon tropis yg pasti
membadaikan kilat, guntur & Hujan yang luar biasa / PD ke 3.
Satu saat akan kita bahas Sejarah Islam di dunia & sejarah
pergeseran IMAN, namun sebaiknya kita pahami sejarah Islam (masuknya
Islam ) di indonesia agar nantinya kita mendapatkan data pembuktian yg
Objektif.
==============
MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA
Sejarah yang benar umumnya tidak enak didengar bagi para keturunan
dari para pelaku sejarah. Sejarah yang dipalsukan
itulah yang umumnya banyak dipublikasikan karena dapat dibias
seberapa suka. (Ir.Parlindungan dalam bukunya ”Tuanku Rao”)
Setelah IMAN yang HAK bergeser kepada IMAN BHATIL
di bawah komando Dinasti Umayah yang berpusat tidak lagi di Madinah tapi
telah berpindah ke Damascus, maka Islam dikembangkan sampai ke
Indonesia.
Selama ini, penulis-penulis sejarah Indonesia terpengaruh oleh penulis
sejarah seorang Belanda Kolonial, dan mereka percaya bahwa pada kira-kira
tahun 1250 sampai 1550 Agama Islam dikembangkan di Indonesia oleh
pedagang Gujarat / India.
Katanya orang-orang Gujarat / India itu datang ke Indonesia untuk
berdagang, disamping itu mereka sambil lalu mengembangkan agama Islam
secara damai.
Cara yang dipakai oleh orang-orang Gujarat / India itu terutama melalui perkawinan dengan wanita-wanita Indonesia yang terpaksa turut masuk
Islam. Bagitulah sejarah yang ditulis oleh kebanyakan ahli sejarah di
Indonesia yang terpengaruh dengan penulis-penulis Sejarah berkebangsaan
Belanda Kolonial.
Kejadian yang sebenarnya adalah jauh dari apa yang ditulis oleh
orang-orang Belanda tersebut yang kemudian disadur oleh penulis
Indonesia.
Menurut Ir. Parlindungan, dalam bukunya Tuanku Rao, dia mengatakan : bahwa Islam sudah masuk ke Indonesia sekitar tahun
700 Masehi dengan dukungan angkatan perang yang kuat di masa
kepimpinan Mu’awiyah, untuk merebut perdagangan rempah-rempah dari
Indonesia ke Damascus.
Sebagaimana diketahui bahwa rempah-rempah sangat dibutuhkan oleh
Bangsa Eropa, yang selama ini dipegang oleh Bangsa Cina yang berkuasa di
Indonesia dengan agama Budha.
Mu’awiyah ingin merebut perdagangan rempah-rempah tersebut lewat
jalur laut dan bukan lewat jalur darat atau jalan Sutra (Silk road) yang
selama ini dilakukan oleh Bangsa Cina, yaitu dengan diangkut dari
Sumatera menuju Canton di Tiongkok kemudian dikirim ke Eropa lewat jalan
darat.
Setelah pusat pemerintahan Islam dipindahkan ke Damascus dari
Madinah, maka pada tahun 718 M Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sofyan
menggunakan orang-orang Tionghoa Singkiang yang sudah masuk Islam sejak
zaman Usman bin Affan pada tahun 651 M
untuk merebut Siangfuu Tiongkok, untuk tujuan menguasai negeri
penghasil merica atau rempah-rempah yang sangat dibutuhkan dunia pada
saat itu.
Di dalam perjalanan tugas mereka, orang-orang Tionghoa Singkiang
membawa surat-surat dari Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sofyan dari Damascus
sampai ketangan Sri Maharaja Lokitawarman di Sri Wijaya Jambi sampai
juga kepada Ratu Simo di Kalangga Jepara. Hal ini sangat dikecam oleh sejarah Tiongkok / Tang Dynasty.
Jadi tidak benar Sejarah yang selama ini mengatakan bahwa Bangsa
Belanda atau Portugis yang mula-mula membawa rempah-rempah dari
Indonesia lewat jalan laut, yang benar adalah Dynasty Mu’awiyah.
Sekitar tahun 715 sampai 717M, Khalifah Sulaiman Abdul Majid
memberangkatkan satu armada sekuat 35 kapal perang berangkat dari Teluk
Persia menuju Sri Wijaya Jambi. Yang pertama-tama armada Khalifah
Damascus ini merebut Semenanjung Gujarat India, singgah di Perlak Aceh,
kemudian mencapai Sri Wijaya di Jambi dan kembali ke Damascus dengan
rempah-rempah yang melimpah membikin Khalifah Damascus makin kaya-raya.
Pada tahun 718M (99H) Sri Maharaja Sirindrawarman Raja Sri Wijaya di
Jambi masuk Islam !! Di dunia Islam yang baru seratus tahun lamanya,
Kerajaan Sri Wijaya Jambi menjadi termashur dengan nama “Kerajaan
Sribuza yang Islam”.
Pada tahun 726 M (107 H) King Jay Sinna Raja Kalangga di Jepara (Pulau Jawa) Putra Ratu Simo juga masuk Islam.
(Bukti sejarah berupa korespondensi antara Mu’awiyah dengan Ratu Simo
dan juga korespondensi antara Sri Maharaja Sirindrawarman dengan
Khalifah Umar Abdul Aziz (99-102H atau 717-720M) kini ada di Granada
Spanyol), dibawa kesitu oleh Rahmaniyah Dynasty sebagai penerus dari
Umayah Dynasty.
Inilah buktinya Cuma dalam satu abad setelah wafat Nabi Muhammad SAW
sudah ada seorang Raja beragama Islam di kepualauan Indonesia.
Inilah sejarah yang sebenarnya, sedangkan sejarah yang ditulis oleh
orang-orang Belanda hanyalah isapan jempol belaka untuk memutar balikkan
fakta yang sebenarnya.
Pihak Tingkok Tang Dynasty sangat marah karena keuntungan dagang
merica yang biasa dilakukan lewat Tiongkok kini telah beralih dalam
kekuasaan Damascus, maka kemudian pada tahun 720 M, dengan dukungan
Angkatan Laut Tiongkok yang tangguh, Tang Dynasty yang beragama Budha
Hinayana berhadapan dengan Agama Islam dengan pedang, semua pengikut
Islam dari Kerajaan Sri Wijaya di Jambi dibasmi habis.
Sri Maharaja Sirindrawarman wafat akibat hasutan Tang Dynasty. Agama
Budha Mahayana dengan kekerasan dipaksa di Kerajaan Sri Wijaya dengan
Ibu Kota Sri Wijaya di tepi sungai Batanghari Jambi, akhirnya dibumi
hanguskan oleh Tang Dynasty dan mendirikan kerajaan baru di Palembang
bernama Sri Wijaya Palembang dengan rajanya Sailendra Dynasty yang dinobatkan oleh Angkatan Laut Tiongkok Tang Dynasti.
Islam lenyap dari bumi Indoneia, setelah Umayah Dynasty ditaklukkan oleh Abasyiah Dynasti yaitu sekitar tahun 730 sampai tahun 1128M.
Pada Tahun 1128 sampai 1339, Kesultanan Mesir Fatimiyyah Dynasty merebut kembali monopoly rempah-rempah dari tangan Tiongkok.
Pedagang-pedagang Islam di Pulau Jawa dan yang lebih penting lagi di
Pulau Andalas (Sumatera) terjadi kerajaan-kerajaan Islam mazhab Syi’ah
aliran Fatimiyah yakni seperti Kesultanan Daya Pasai, Kesultanan Bandar
Khalifah, Kesultanan Muar / Malaya, Kesultanan Aru / Barumun, dan Kesultanan
Kuntu / Kampar.
Seperti halnya Umayah Dynasty menjadi kaya karena berdagang
rempah-rempah maka begitu pula Fatthimiyyah Dynasty melanjutkan monopoly
tersebut dan menjadi kaya-raya pula.
Kesultanan Perlak adalah sebuah kesultanan tidak pupuler didalam
sejarah Islam di Kepulauan Indonseia seperti Kesultanan Daya / Pasai.
Akan tetapi Kesultanan Perlak menjadi termashur di Eropa karena
kunjungan Marco-Polo pada tahun 1293. Menjadi termashur pula di pulau
Andalas karena Putri Ganggang Sari (Putri Perlak) yang menjadi Sultanah
dari Sultan MalikUs Saleh, Sultan Samudra Pasai yang pertama.
Sebelum lahir Nabi Isa dan Nabi Muhammad, orang Parsi (orang Persia
yang belum Islam) sudah mengadakan hubungan perdagangan lewat jalur laut
dengan Tiongkok. Untuk tempat persinggahan kapal-kapal, mereka
mendirikan perkampungan di Bombay / India
dan di Perlak / Aceh. Di waktu Khalifah Umar bin Khatab berkuasa pada tahun 634-644M Persia direbut dan di Islamkan.
Menyusul pula masuk Islamnya orang-orang Persia yang ada di Perlak yang
dalam bahasa Persia disebut Taj I Alam yang berarti “Mahkota Alam”.
Pada tahun 1159 M, Persia direbut oleh Panglima Zalkari Gafur
Attabek, Panglima tentara Turki. Sebagian kecil dari armada Angkatan
Laut Persia dibawah komando Laksamana Sayid Alaidin Alawi melarikan diri
dari Teluk Persia kembali ke Perlak yang baru saja setengah tahun
ditinggalkannya.
Perlak sedang dikepung oleh orang-orang Batak / Gayo yang masih pagan,
kemudian Perlak direbut oleh Laksamana Sayyid Alaidin Alawi.
Perlak dijadikan “New Persia” dengan nama Kesultanan Perlak.
Laksamana Sayid Alaidin Alawi menjadi Sultan Perlak yang pertama. Sultan
yang pertama di Kepualauan Nusantara, memakai gelar Persia : ”Alam
Syah”.
1285 – 1511M Perkembangan Agama Islam Mashab Syafi’i.
Monopoly dagang Merica lewat jalur laut yang pernah direbut oleh
Khalifah Umayah / Damascus dan oleh Kesultanan Mesir / fathimiyah Dynasty,
kemudian direbut pula oleh Kesultanan Mesir / Mamaluk Dynasty sekitar
tahun 1252-1516M. Kesultanan Daya / Pasai yang beragama Islam Mazhab
Syi’ah (1204-1285M) dibumi hanguskan oleh Armada Mesir / Mamaluk Dynasty
dibawah komando Laksamana Ismail As Siddik, yang mendirikan Kesultanan
Samudera Pasai yang beragama Islam Mazhab Syafi’i (1285-1522M).
Agama Islam Mazhab Safi’i sangat pesat berkembang dikalangan Penduduk
Asli Indonesia di sekitar Selat Malaka, karena Sultan Malik Us Saleh /
Sultan Samudera Pasai yang pertama digunakan menjadi symbol perjuangan
nasional Pihak Asli Indonesia, menentang penjajahan asing oleh
orang-orang Gujarat yang beragama Islam Mazhab Syi’ah.
Penyembahan Mazhab, ternyata telah mendatangkan petaka luar biasa,
sesama Islam saling bunuh, sesama Islam saling merasa diri paling benar
dan ini sudah terjadi bukan saja di Timur-Tengah, tapi di Negara kita
Nusantara – Indonseia.
1293 – 1376 Perkembangan Agama Hndu di Pulau Jawa.
Hasil Bumi berupa merica di Pulau Sumatera direbut oleh Kerajaan
Singosari. Kemudian direbut pula oleh Tentara Mojopahit dibawah komando
Panglima Adityawarman pada tahun 1339M. Agama Hindu di Pulau Jawa
berkembang di Kerajaan Silo / Simalungun di waktu King Indra Warman, tahun
1293-1339M.
1339-1409M Agama Islam kontra Agama Hindu Jawa.
Penulis orang-orang Belanda menitik beratkan perkembangan Agama Islam
di Kepulauan Indonesia pada kepadatan penduduk Palau Jawa dan bukannya
di pulau Andalas yang jarang penduduknya.
Idea tersebut dilanjutkan oleh penulis orang-orang Jawa yang sulit
mempercayai bahwa Kesultanan Daya / Pasai di Pulau Andalas tiga ratus
tahun mendahului Kesultanan Demak di Pulau Jawa. Katanya periode yang
menentukan perkembangan Agama Islam di Kepulauan Indonseia adalah
periode ”Wali-Songo” di Pulau Jawa.
Yakni mulai dari Maulana Malik Ibrahim sampai masa jaya dari Kesultanan Demak dibulatkan dari tahun 1400 – 1550M.
Sangat penting juga oleh Penulis orang-orang Jawa yang mengatakan
bahwa : Kerajaan Mojopahit sedikitpun tidak pernah menentang
perkembangan Agama Islam di Kepulauan Indonesia umumnya dan Pulau Jawa
khususnya.
Keadaan yang sebenarnya berlainan sama sekali. Hidup atau matinya
perkembangan Islam di Kepulauan Indonesia ditentukan dalam periode 1339 –
1409 (dibulatkan 1300 – 1400M), didalam pertarungan mati-matian antara
Kerajaan Mojopahit yang belum Islam dengan Kesultanan Aru/Barumun serta
Kesultanan Samudera / Pasai yang keduanya mempertahankan Agama Islam
di dalam Agresi Mojopahit.
Infiltrasi dari Agama Islam dari Pulau Andalas masuk ke Pulau Jawa,
tentulah merupakan ancaman serius bagi Kerajaan Mojopahit yang beragama
Hindu Jawa. Pada tahun 1339M Perdana Menteri Gajah Mada bertindak akan
menghapuskan segala Kesultanan di Pulau Sumatera, melenyapkan Agama Islam dari seluruh Kepulauan Nusantara
dan sekaligus pula merebut monopoly perdagangan merica yang sudah pernah
direbut oleh Kerajaan Singosari.
Dalam catatan sejarah, Kesultanan Perlak pada tahun 1297 sudah
terlebih dahulu direbut oleh Kerajaan Mojopahit dibawah komando Panglima
Adityawarman. Akan tetapi Kesultanan Aru / Barumun dibawah Sultan Firman
Ul Karim serta Kesultanan Samudera / Pasai dibawah Sultan Ahmad bin Malik
Ul Tahir masing-masing sanggup mengatasi agresi dari Kerajaan Mojopahit
dibawah pimpinan Perdana Menteri Gajah Mada.
Artinya Islam di Pulau Sumatera tidak mungkin dimusnahkan oleh pihak
Hindu / Jawa, sebaliknya pihak Islam dari Pulau Sumatera tidak cukup kuat
untuk merebut Kerajaan Mojopahit.
Pada tahun 1341 -1365M, Angkatan Laut Kesultanan Aru / Barumun dari
Muara Sungai Barumun dan dari Muara Sungai Muar / Malaya, dibawah pimpinan
Laksamana Hang Tua serta Laksamana Hang Lekir, sanggup pula menguasai
Selat Malaka sehingga bebas dari
serangan Angkatan Laut Mojopahit. Malahan berkali-kali menyerang ke Laut Jawa.
Karena Kesultanan Aru / Barumun maka Agama Islam di Pulau Sumatera terlepas dari ancaman penghancuran Mojopahit.
Hal ini membuat Patih Gajah Mada sangat murka selaku seorang pemimpin Angkatan Perang pada saat itu.
Pada tahun 1409, Penyerangan dari Mojopahit dimusnahkan di
Samudera / Pasai oleh Angkatan Laut Tiongkok Ming Dinasty dibawah pimpinan
Laksamana Haji Sam Po Bo yang beragama Islam / Mazhab Hanafi. Akibatnya
Agama Islam periode Wali-Wali Songo, dapat berkembang di Kesultanan Samudra / Pasai lewat Kesultanan Malaka, di wilayah Kerajaan Mojopahit yang sudah impotent.
Hal mana tidak mungkin jika Majapahit masih dipimpin oleh Patih Gajah Mada.
Pada tahun 1511 – 1942, Perkembangan Agama Kristen di Indonesia.
Monopoly perdagangan rempah-rempah lewat jalur laut, pada tahun 1511
direbut oleh Kerajaan Portugis dengan merebut kesultanan Malaka,. Pihak
Portogis tidak mau ketinggalan, seperti halnya Pihak Damascus / Umayah
Dynasty, Pihak Tiongkok Tang Dynasty, Pihak Mesir / Fathimiyah Dynasty,
serta Pihak Mesir / Mamaluk Dynasty, didalam menanamkan Agamanya di
Kepulauan Indonesia demi jaminan keamanan atas perdagangan rempah-rempah
mereka.
Disini jelas sudah, bahwa Agama yang dibawah ke Indonesia itu dengan
motivasi perebutan kekuasaan perdagangan rempah-rempah dan ” bukan murni
da’wah sebagaimana contoh yang diberikan Nabi Muhammad dan Para
Sahabatnya”.
Agama Kristen Rom Katolik mendapat sukses besar di Kepulauan Nusatenggara. Karena orang-orang Spanyol Agama Kristen Rom Katolik mendapat sukses besar pula di Kepulauan Filipina.
Monopoly perdagangan rampah-rempah direbut pula oleh orang-orang
Belanda pada tahun 1619, dan tentulah tidak ketinggalan juga menanamkan
Agamanya di Kepulauan Indonesia, demi terjaminnya keamanan serta
pengiriman rempah-rempah dari Indonesia ke Eropa.
Agama Kristen Protestan mendapat sukses besar di Ambon, Minahasa,
Tanah Batak Utara, Tanah Batak Karo / Gunung Tanah Toraja dan
lain-lainnya.
1511 – 1740 Pihak Islam bertahan terhadap Pihak Kristen.
Agama Islam Mazhab Syafi’i untuk kedua kalinya manjadi simbol
persatuan nasional di pihak penduduk asli Indonesia menentang penjajahan
asing oleh orang-orang berlainan Agama, yakni oleh pihak Kristen.
Era penjajahan oleh bangsa Belanda, maka semua yang beragama Islam
akan dihancurkan, namun upaya penjajah itu mendapat perlawanan keras
dari pihak Islam diantara lain : Kesultanan Aceh, Kesultanan
Haru / Delitua, Kesultanan Demak, Kesultanan Banten, Kesultanan Ternate, Kesultanan Brunai, Kesultanan Sulu / Filipina, dan sangat banyak lagi, sehingga Penjajah Belanda
melakukan politik, Devide Et Impera, politik pecah belah dengan
mendirikan Kerajaan Boneka, yang pro Penjajah Belanda.
Tentunya Islam dalam periode penjajahan Belanda selalu tertekan, maka
Pemerintah colonial Belanda melakukan pengkajian tentang Islam dengan
maksud menghancurkan Islam dari dalam.
Salah satu tokoh penjajah bernama Dr.Snouck Hurgronye, juga yang
pernah naik Haji ke tanah Suci Mekah, banyak memberikan nasihat politik
kepada pemerintah Kolonial Belanda dalam menghadapi pihak Islam.
1942-1945, Penjajah Jepang dengan Haji Samizu, tidak berhasil memperalat Agama Islam di Asia Tenggara.
Kesimpulan yang dapat ambil dari perjalanan panjang Sejarah masuknya
Islam di Indonesia adalah bahwa Agama Islam hanya dijadikan alat guna
merebut perdagangan rempah-rempah dari Indonesia ke Eropa, melalui Islam yang telah dipecah-pecah menjadi ber Mazhab-Mazhab yang sesungguhnya di Timur Tengah sendiri terjadi perpecahan yang serius akibat Mazhab-Mazhab itu.
Ada empat Mazhab yang sangat pupuler dan yang pernah masuk ke Indonesia yaitu :
1. Mazhab Hanafi
Dimulai oleh Imam Hanafi periode tahun 80H-150H (669 – 767M) terutama di Turki, Sofyet Rusia, dan Tiongkok.
Di Tiongkok, di zaman Ming Dynasty, Agama Islam Mazhab Hanafi bebas
berkembang di seluruh Tiongkok. Mayoritas di daerah-daerah Singkiang,
Yunan, Shensi dan Hopei yang sampai saat ini di RRT / Tiongkok masih ada
puluhan juta orang Islam mazhab Hanafi. Dalam periode 1405 – 1425 Angkatan Laut Tiongkok / Ming Dynasty dibawah
komando Laksamana Haji Sam Po Bo, atas perintah Kaisar Tai Su
berkali-kali mengadakan misi yang berhasil ke Asia tenggara. Ikut serta
dalam misi itu Haji Mah Wang dan Haji Feh
Tsing sebagai Deputi Kaisar dimana kedua orang ini sangat lancar berbahasa Arab.
Di waktu Laksamana Haji Sam Po Bo, Angkatan Laut Tiongkok / Ming
Dynasty sangat banyak mendirikan pangkalan Angkatan Laut, pusat
perdagangan, Masjid-Masjid dan Perguruan Islam Mazhab Hanafi, tersebar
di pantai-pantai Asia Tenggara antara lain : Semarang, Cirebon, Ancol / Jakarta, Kukang / Palembang, Bagan-siapiapi,
Pahang / Malaya, Campa / Kamboja, Matan / Filipina, Kutai / Kalimantan, Sambas
Kalimantan, Petani / Siam, Lasem, Tuban Jawa Timur dan sangat banyak lagi.
Akan tetapi Agama Islam Mazhab Hanafi tidak bertahan lama karena
sejak Ming Dynasty impotent dan tentara Tiongkok tidak datang-datang
lagi, maka Agama Islam Mazhab Hanafi mulai kocar-kacir. Ada juga karena
faktor bahasa Tiongkok yang kurang dimengerti oleh orang-orang di
Indonseia.
Adapula orang-orang Islam Mazhab Hanafi itu pindah Mazhab dan
berganti nama seperti Bong Swi Hoo mengganti nama menjadi Raden Rahmat
dan lain-lain sebagainya.
Masjid-Masjid Mazhab Hanafi juga turut diubah menjadi Masjid Mazhab Syafi’i dan sebagainya.
Mazhab Hanafi megizinkan menggunakan bahasa sendiri bagi setiap
daerah, sehingga Mazhab Hanafi di Tiongkok ajarannya berbahasa Tiongkok,
di Turki berbahasa Turki dan di Indonesia berbahasa Indonseia dan
sebagainya.
2. Mazhab Maliki.
Mazhab Maliki terbatas di daerah Afrika Utara dan di Maroko, Tunis,
Aljazaer dan Libia. Mazhab ini termasyhur karena mendirikan Masjid
Al-Hambri di Spanyol.
Mazhab Maliki masuk di Natal / Tanah Batak dibawah dari Afrika Utara
oleh Tuan Syech Maghribi (Maulana Malik Ibrahim) tapi tidak berkembang
disitu karena terdesak oleh Islam Mazhab Syi’ah. Akhirnya Maulana Malik
Ibrahim wafat di Gresik pada tahun 1419, dimana dia tidak diganggu oleh
orang-orang Islam Mazhab Sunnah.
3. Mazhab Syafi’i
Mazhab Syafi’I dimulai pada masa Imam Syafi’i yaitu tahun 150 – 204H
atau (767 – 820M) terutama di Mesir dan Indonesia. Oleh karena jumlah
penduduk di Indonesia yang beragama Islam terbesar di dunia, maka Mazhab
Syafi’i menjadi terbesar di dunia pula
sampai saat ini.
4. Mazhab Hambali
Dimulai sejak Imam Hambali hidup yaitu pada tahun 164 – 241H atau (780 – 855M) terbatas di gurun pasir Nejed Saudi Arabia. Mazhab ini kecil tapi jangan pandang enteng karena Saudi Dynasty menganut Mazhab ini menguasai Mekah sampai saat ini.
Negara Darul Islam dibawah Tuanku Nan Renceh tahun 1803 – 1821M
adalah beragama Islam Mazhab Hambali. Sedangkan Alam Minagkabau 1513 –
1804 sudah teguh beragama Islam golongan Syi’ah.
Tentara Padri tahun 1818 -1820 merebut dan menduduki Toba dan
Silindung, adalah beragama Islam Mazhab Hambali. Sedangkan orang-orang
Tanah Batak Utara menolak Islam walaupun dipaksakan oleh Tentara Padri.
Ternyata masuknya Agama Islam di Indonesia, menyimpan bibit
perpecahan, baik di dalam maupun luar negeri karena Islam yang dibawa ke
Indonesia sudah terkontaminasi dengan cara-cara berpikir Barat atau
tangan-tangan jahil Zionisme guna melemahkan Islam dari dalam.
Kita patut menghormati Ulama Islam dari golongan manapun, tapi itu
harus diakui berlaku pada masanya dan tidak perlu mengikat umat Islam
masa kini yang sedang kebingungan melihat fenomena Negara yang terpisah
dari Ajaran-Nya / Allah.
Semoga dengan membaca sekilas jalannya Sejarah Islam masuk ke
Indonesia ini, siapapun bisa mencari buku langka Tuanku Rao untuk
membuktikan kebenaran uraian diatas.
Memang tidak mungkin semua uraian dapat disajikan di blog ini, tapi
minimal anda telah mempunyai bahan yang lebih lengkap jika ingin
memperdalam Sejarah masuknya Islam Indonseia.
Masih ada lagi Sejarah Kebangkitan Islam di Indonesia yang Insya
Allah akan kita buat pada blog yang lain, serta Pergeseran IMAN sejak
Nabi Adam juga pada Posting yang lain.
Semoga bermanfat, mohon maaf bila ada kesalahan
0 Comments:
Post a Comment
Assalaamu`alaikum wrb..
Terima kasih atas kunjungan anda dan mohon masukannya. Dengan anda meninggalkan sebuah komentar, Berarti anda telah ikut serta bersumbangsih mengembangkan Blog ini dan memberikan semangat untuk islah / perbaikan menulis bagi sipemiliknya. Maka banyak atau sedikit, lanjut atau berakhirnya materi sangat tergantung pada kualitas & jumlah komentarnya
Wassalaam...