Makna dan Penggunaan Kata dalam Al-Qur'an: Studi Kalimat "Hayyatun Tas 'aa
Kalimat حَيَّةٌ تَسعىٰ -Hayyatun tas `aa (20;20) dimaksud selengkapnya berbunyi:
فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَىٰ
Sebelum memahami ayat tersebut, kita coba menelaah dari ayat-ayat lainnya dulu supaya kelihatan bahwa jalan ceritanya nyambung sebagai berikut:"Lalu dia (Musa) melemparkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menjadi ular yang bergerak hidup."
🧿 a. Al-A’raf 116
فَلَمَّآ أَلْقَوْا۟ سَحَرُوٓا۟ أَعْيُنَ ٱلنَّاسِ وَٱسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَآءُو بِسِحْرٍ عَظِيمٍ
"Maka ketika mereka (Para staff Fir'aun) melemparkan (narasi-narasi manipulatif), mereka menyihir pandangan massal manusia dan membuat mereka takut, yaitu mereka mendatangkan sihir yang besar."
📌 Makna:
-
"سَحَرُوٓا۟ أَعْيُنَ ٱلنَّاسِ" = manipulasi visual, ilusi nyata
-
"ٱسْتَرْهَبُوهُمْ" = Membuat rasa takut sebagai kontrol
-
Sihir itu tampak hebat, padahal palsu. Seperti hologram narasi di media
Peristiwa sebelumnya:
b. Surat Tha Ha Ayat 66-69
Ayat 66:
-
قَالَ بَلۡ أَلۡقُواْۖ فَإِذَا حِبَالُهُمۡ وَعِصِيُّهُمۡ يُخَيَّلُ إِلَيۡهِ مِن سِحۡرِهِمۡ أَنَّهَا تَسۡعَىٰ ٦٦
-
dia (Musa) menegaskan, "Tetapi tidak!, Silakan kalian lemparkanlah (argumentasi terlebih dahulu)." Maka tiba-tiba tali-temali dan Tongkat-tongkakan mereka dikhayalkan kepada Musa seakan-akan ia bergerak hidup lantaran sihir mereka
🔍 I‘rab + Makna Simbolik
قَالَ بَلْ أَلْقُوا۟
-
قَالَ: fi‘l māḍī → Musa berkata
-
بَلْ: huruf idraab →fungsi penolakan perintah sebelumnya, memberi penekanan untuk mendahulukan pihak lawan
-
أَلْقُوا۟: fi‘l amr sararan ke antum(Para staff Fir'aun)→ silakan kalian lempar duluan
🪶 Simbolik:
Musa mempersilakan mereka menyampaikan “narasi mereka” lebih dulu. Ini
seperti debat terbuka (karena di QS. Al A'raaf 116 nya ada massal
manusia di sana): lawan lebih dulu mempresentasikan teori atau
argumentasinya.
فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُم
-
فَإِذَا: transisi cepat / tiba-tiba
-
حِبَالُهُمْ: tali-temali mereka (simbol peralatan sistemik kekuasaan/retorika)/sistem hubungan, ikatan, jaringan antar unsur...
-
وَعِصِيُّهُمْ: dan tongkat-tongkakan mereka (simbol argumen atau doktrin utama/simbol alat sistemik kekuasaan.) ==> dibahas khusus mulai analisis bahasa sampai makna secara MUHKAMAT sebagai fungsi Pokok Utama isi kitab.
🪶 Simbolik:
Semua peralatan argumentasi mereka (baik instrumen kecil maupun besar)
dilontarkan di hadapan Musa—ini seperti parade konsep atau sistem
keyakinan buatan.
يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِن سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَىٰ
-
يُخَيَّلُ إِلَيْهِ: passive verb → “dikhayalkan/terbayang kepada Musa”
-
مِن سِحْرِهِمْ: dari/lantaran sihir mereka → (simbol ilusi wacana atau rekayasa manipulatif)
-
أَنَّهَا تَسْعَىٰ: seakan-akan ia bergerak hidup
🪶 Simbolik:
Argumentasi mereka seolah-olah hidup, bergerak, meyakinkan — tapi itu khayalan hasil teknik manipulasi persepsi
(yukhayyalu = dikhayalkan/direkayasa secara visual/kognitif). Bukan
gerak sejati, hanya efek dari propaganda dan retorika “sihir”.
فَأَلْقَىٰ مُوسَىٰ عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ
Kemudian (giliran) Musa melemparkan tongkatnya akhirnya tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu
yang mereka buat-buat itu.
I'rab per kata:
-
فَ = Maka (huruf ‘athf untuk meneruskan kejadian)
-
أَلْقَىٰ = Melemparkan (fi‘l māḍī)
-
مُوسَىٰ = Musa (fa‘il, subjek dari "alqā")
-
عَصَاهُ = Tongkatnya (maf‘ūl bih, objek dari "alqā"; ʿaṣā = tongkat, -hū = miliknya)
-
فَإِذَا = Maka tiba-tiba (huruf jawab fuja’iyyah)
-
هِيَ = Dia (dhamīr, menunjuk ke tongkat)
-
تَلْقَفُ = Menelan, melahap (fi‘l mudhāri‘)
-
مَا = Apa (mawṣūlah, yaitu semua yang...)
-
يَأْفِكُونَ = Mereka buat-buat, tipu muslihat (fi‘l mudhāri‘)
🧠 Makna Dalam Kerangka Debat Musa vs Elite Firaun
-
Tongkat dan tali mereka = perangkat epistemik palsu dari kekuasaan Fir'aun → teori, sistem keyakinan, propaganda
-
Sihir mereka = kemampuan mempengaruhi massa (psikologi massa, ilusi kognitif)
-
Terbayang/dikhayalkan seolah hidup = pengaruh persepsi publik (mass delusion)
Jadi, Yang bergerak itu bukan an sich tali dan tongkat, tapi rasa takut manusia(rakyat) terhadap kekuasaan yang dibungkus sihir propaganda.
🔗 Ingat konsep Forer Effect (psikologi massa)
👉 “Dikhayalkan kepadanya” adalah bentuk kognitif dari efek ilusi kebenaran.
Dalam Forer effect, seseorang (massal manusia) merasa cocok padahal yang diterima adalah
generalisasi manipulatif. Seperti itulah dalam narasi ayat ini yang Allah maksudkan walaupun dengan cara menjelaskannya yang berbeda — Musa “melihat”
tapi bukan penglihatan an sich, melainkan berdasarkan perbandingan Pandangan Taurat, ini adalah efek rekayasa persepsi. Dan itulah yang
menjadi alasan dari ayat 67 nya"
Ayat 67:
-
فَأَوۡجَسَ فِي نَفۡسِهِ خِيفَةٗ مُّوسَىٰ ٦٧
-
Maka Musa merasa takut dalam dirinya.
I‘rab dan Simbolik:
-
فَأَوْجَسَ: fi‘l māḍī — ia merasakan dengan dalam (kata ini lebih halus daripada "khaafa" biasa)
-
فِي نَفْسِهِ: dalam dirinya (bukan lari, tapi respon batin)
-
خِيفَةًۭ: rasa takut (tapi bukan karena ragu terhadap kebenaran, tapi karena reaksi massa terhadap ilusi musuh( karena سَحَرُوٓا۟ أَعْيُنَ ٱلنَّاسِ mereka menyihir pandangan massal manusia)
-
مُّوسَىٰ: fa'il (subjek)
🪶 Simbolik: Musa bukan takut kalah debat — dia gelisah melihat massa yang berhasil dikelabui oleh ilusi logika musuh. Ini semacam ketakutan ilmuwan sejati ketika publik lebih terpukau pada kebohongan yang terorganisir.
Ayat 68:
-
قُلۡنَا لَا تَخَفۡ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡأَعۡلَىٰ ٦٨
-
Kami (Allah) menegaskan, "Jangan takut, sesungguhnya engkaulah yang lebih unggul (menang)."
I‘rab dan Simbolik:
-
قُلْنَا: Kami berfirman (Allah menyampaikan langsung — ini otoritas epistemik tertinggi)
-
لَا تَخَفْ: jangan takut (bukan sekadar hiburan, ini perintah harus berani dengan bahasa larangan)
-
إِنَّكَ أَنتَ ٱلْأَعْلَىٰ: sungguh engkau yang lebih tinggi (al-aʿlā = superior, unggul secara hakiki)
🪶 Simbolik: Allah mengingatkan bahwa argumentasi wahyu, meskipun minoritas, tetap lebih unggul karena berasal dari sumber absolut. Lawanmu ramai? Biarkan. Selama kamu menyambung ke pusat ilmu (Taurat), kamu tetap di atas.
Ayat 69:
-
وَأَلۡقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلۡقَفۡ مَا صَنَعُوٓاْۖ إِنَّمَا صَنَعُواْ كَيۡدُ سَٰحِرٖۖ وَلَا يُفۡلِحُ ٱلسَّٰحِرُ حَيۡثُ أَتَىٰ ٦٩
-
"Yaitu lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka buat-buat. Sesungguhnya apa yang mereka buat-buat adalah tipu daya tukang sihir, dan tukang sihir itu tidak akan pernah berhasil, dari mana saja ia datang."
I‘rab dan Simbolik:
وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ
-
وَأَلْقِ: lemparkan (fi‘l amr) → tindakan tegas berdasarkan perintah
-
مَا فِي يَمِينِكَ: apa yang ada di tangan kananmu → bukan cuma tongkat kayu, tapi simbol dari objektifitas ilmiah argumentatif yang dipegang Musa
🪶 Simbolik:
“Lemparkan” = sampaikan narasimu. Argumentasi berbasis wahyu (Taurat)
ini akan mengobrak-abrik semua kebohongan yang dibangun musuh.
Uraian (Ṭāhā: 66–69):
-
Musa datang membawa tongkat, simbol argumentasi berbasis wahyu (Taurat).
-
Penyihir melemparkan tali-temali dan tongkat-tongkakan, simbol dari narasi-narasi buatan, teori (omongan) yang indah-indah secara visual namun palsu di dalam.
-
Ketika tongkat Musa dilempar, ia menelan semua yang mereka buat-buat: argumentasi wahyu melenyapkan rekayasa persepsi. (lihat hubungannya dengan QS. Al Qashash 75)
-
Ini bukan debat sulap, tapi simbol dari benturan sistem ilmu: antara Taurat dan tipu daya epistemik
Nah, setelah kita mengerti kisahnya dari ayat-ayat di atas, maka kita masuk ke pembahasan initi surat Tha-ha (20;20) yang didukung dengan ayat-ayat lainnya sebagai berikut:
QS Ṭāhā [20:20]
فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَىٰ
"Lalu Musa melemparkan tongkatnya itu, akhirnya, tiba-tiba ia menjadi ular yang bergerak cepat."
🔍 2. I‘rab dan Makna
حَيَّةٌ (ḥayyah)
-
Makna literal: ular, bisa besar atau kecil, tergantung konteks.
-
Kata ini dalam bentuk isim (noun), marfū‘ (nominatif), sebagai khabar dari “hiya”.
تَسْعَىٰ (tas‘ā)
-
Makna literal: berjalan/bergerak cepat, berlari kecil, merayap cepat.
-
Fi‘il muḍāri‘ (kata kerja sedang/akan/lagi), menunjukkan aksi yang hidup dan aktif.
🧠 3. Analisis Simbolik-Muhkamat
A. Makna Literal vs. Simbolik
-
Secara literal: tongkat Musa berubah menjadi ular hidup yang bergerak cepat, lawan dari tipuan sihir yang hanya bayangan (khayalan) belaka.
-
Secara simbolik: tongkat Musa mewakili argumentasi Ilahiyah (wahyu: Taurat) yang hidup, kuat, aktif, menggerakkan perubahan sosial.
-
Berbeda dengan “ular-ular kecil” para tukang sihir yang merupakan rekayasa konsepsi yang nampak menakutkan, tapi tak memiliki substansi hidup.
-
B. Kontras Kekuatan: Hidup vs. Khayalan
-
Musa (ḥaqq): tongkat = ḥayyatun tas‘ā (argumentasi hidup dan bergerak)
-
Sihir (bāṭil): tali dan tongkat = ** يُخَيَّلُ (dikhayalkan)** seakan-akan bergerak
-
Ayat ini menegaskan bahwa argumentasi Musa berdasarkan wahyu (Taurat) adalah realitas hidup (ḥayyah), sedangkan argumentasi para pembuat narasi kufur hanya tipu daya visual (illusion/sihir).
C. QS Yunus [10:81]
إِنَّمَا صَنَعُوا۟ كَيْدُ سَاحِرٍۢ ۖ وَلَا يُفْلِحُ ٱلسَّاحِرُ حَيْثُ أَتَىٰ
"Hanyalah mereka membuat-buat tipu daya tukang sihir, yaitu tukang sihir tidak akan menang dari manapun ia datang."
وَيُحِقُّ اللَّهُ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ
"Yaitu Allah menegakkan yang Objektif ilmiah dengan kalimat-kalimat-Nya, walau para pelaku pelanggaran membenci"
📘 QS Al-Isrā’ [17:81]
وَقُلْ جَآءَ ٱلْحَقُّ وَزَهَقَ ٱلْبَٰطِلُ ۚ إِنَّ ٱلْبَٰطِلَ كَانَ زَهُوقًا
"Yaitu Tegaskanlah: yang objektif ilmiah itu datang , yaitu yang bathil lenyap. Sesungguhnya yang bathil itu ialah yang lenyap."
✅ Ini menguatkan bahwa sihir di sini adalah konsep, wacana, ideologi palsu yang menyesatkan, dan pasti kalah jika dilawan dengan wahyu yang hidup.
🧬 4. Hubungan dengan Fakta Sunnah
Sunnah Rasul:
-
Rasul pun melempar argumentasi (Al-Qur'an) sebagaimana Musa melempar tongkatnya.
-
Al-Qur'an di tangan Rasul ﷺ menelan semua konstruksi batil seperti halnya tongkat Musa.
Sunnah Syaitan:
-
Narasi batil dan palsu dibuat dengan “sihir besar” (QS Al-A‘rāf: 116).
-
Tapi tetap bersifat khayal, bukan ḥayyah tas‘ā.
✅ Kesimpulan secara Muhkamat:
Aspek | Musa (Haqq) | Penyihir (Batil) |
---|---|---|
Objek | Tongkat Musa | Tali & tongkat buatan |
Hasil | ḥayyah tas‘ā = nyata hidup dan bergerak | yukhayyalu = tipuan visual |
Simbolik | Argumentasi wahyu | Argumentasi khayalan |
Nasib | Menelan semua | Hilang ditelan tongkat Musa |
Sunnah | Rasul membawa argumentasi hidup (wahyu) | Syaitan bawa narasi kosong yang menggoda |
Maaf, sy agak sulit mengikuti penjelasan ini...
BalasHapus.
Maka untuk mencari maknanya, Selain mengacu dari grammarnya, selanjutnya dimulai mengacu dari(20;20) tersebut :
حَيَّةٌ -Hayyatun = فَأَلقىٰها فَإِذا هِىَ حَيَّةٌ تَسعىٰ --> Yang dilontarkan / ditancapkan nur menjadi aduk-adukkan nur dzulumat = Budaya ular = budaya belum menentu baik buruknya (20;20)
= اَحْلِهِ -ahlihii (20;10) = pertalian hidup selain dengan ilmu Allah msR (hal ini dilihat dari sebelum musa sami`na yakni pada ayat tersebut = هِىَ عَصاىَ أَتَوَكَّؤُا۟ عَلَيها وَأَهُشُّ بِها عَلىٰ غَنَمى وَلِىَ فيها مَـٔارِبُ أُخرىٰ = yang dimanfaatkan semasa kerja menggembala dulu (sebelum sami`na)
وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ = wasma` ghaira musma `iin
وَاسْمَعْ وانْظُرْنَا = wasma` wandzhurnaa
لَا سَمِعْنَا =laa sami`naa
وَ - wa, dan فَ - fa, adalah kata hubung bagi kalimat / kata manapun
Karena sy sdg fokus mencermati 20:10, lalu muncul ayat lain yg sy tdk tau surat dan ayatnya...
Lalu kata احله tidak ada di 20 : 10... yang ada kata لااهله
Mhn pencerahannya
Maaf, sudah lama gak terpantau. sekarang artikelnya sudah diperbaiki dengan narasi yang semoga lebih mudah dipahami oleh publik.
Hapus